Julia menatap dirinya dicermin, dilihat bayangan tubuhnya yang ia
rasa sempurna bagai ratu Cinderella. Ia memang cantik dengan tubuh
jenjang, rambut hitam mengkilau, mata bening kecokelatan, hidung yang
lumayan mancung dan bibir yang tipis. “kurang cantik apa gue ini ?”
dengus Julia kesal dengan dirinya yang masih saja belum memiliki pacar.
Jomblo,
itulah status yang diemban sekarang. Status yang membuat Julia seolah
sama dengan cewek-cewek diluar sana yang tidak laku. Jomblo membuat
Julia merasa dirinya mengenaskan.
Julia mengambil tas
ranselnya, kemudian ia cangklongkan dipundaknya. Ia harus segera
bergegas menuju sekolah. “lihat saja cowok-cowok, kau akan ku buat
klepek-klepek” kata Julia sembari mengedipkan matanya kearah cermin.
Benar saja, baru saja Julia melangkah dari mobil merahnya yang
terpakir. Mata-mata lelaki sudah menatapnya dengan genit. Julia mengakat
dagu dan bahunya, tatapan lelaki itu membuatnya merasa bagai putri yang
berkilau.
Kedatangan Julia disambut oleh sahabat
baiknya Chris dumuka pintu kelas. “Juli, hari ini lo cantik banget”
ucap Chris mengomtari penampilan Julia yang Modis itu.
Julia hanya tersenyum tanpa bergeming. Hal biasa baginya mendengar pujian seperti itu.
Sebagai cewek super modis, Julia menepati rangking paling tinggi
dikelas sebagai cewek paling cantik. Namun biarpun ia sering mendapat
pujian dari teman-temannya. Tetap saja Julia merasa ada yang kurang.
Apalagi kalau bukan nggak punya cowok.
Julia memang
pilih-pilih dalam mencari cowok yang akan ia pacari. Baginya tampan
adalah prioritas utama sebagai kriterianya. Harus ganteng titik.
Beberapa kali Julia ditaksir cowok dan semuanya ia tolak, selain karena
kurang tampan, mereka juga belum bisa menarik perhatiannya. Bagi Julia
cowok macam Robert Pattinson, pemeran Edward dalam film Twilight itulah
cowok idaman.
“kapan lo punya cowok juli. Cewek cantik
macam lo masih aja belom laku ?”tanya Chris saat jam makan siang di
kantin sekolah.
“nggak tau gue juga bingung. Bosen sih gue ngejomblo !”balas Juli sambil mengaduk-ngaduk es capucinno dihadapannya.
“udah lo pacarin aja si Rafa, kayaknya tuh orang demen banget sama lo”
“apa, Rafa ? nggak banget deh gue pacaran sama muka buruk rupa itu.
Udah turun selera gue nerima dia”jawab Julia ketus.
“abisnya betah banget lu jomblo”
“sebenarnya sih nggak. Mungkin belum tepat aja waktunya. Nanti juga gue
punya pacar, tapi yang pasti lebih ganteng dari manusia cengcorang kaya
Rafa itu”ujar Julia.
Sebenarnya Julia banyak ditaksir
cowok. Mulai dari cowok gedut item super ngesilin bernama Leo yang
nggak ada hentinya nembak meski udah ditolak beberapa kali, sampe cowok
kurus cangcorang macam Rafa. Namun sekali lagi tampang menjadi proritas
utamanya. Julia ingin nantinya cowok yang ia pacarin bisa dibanggakan
dihadapan teman-temannya.
Sepulang dari sekolah Julia
mengajak Chris ke Gramedia untuk membeli buku yang sedang ia cari. Chris
hanya diam saat Julia menarik-narik dia untuk menemaninya ke toko buku.
Sebelum Julia meremasnya jadi kertas lecek, Chris sudah manggut setuju.
Sesampainya
ditoko buku Julia langsung menghapiri bagian buku yang dicari, yaitu
buku mengenai komputer. Sudah beberapa hari ini ia ingin belajar
mengenai photoshop. Kegemarannya mengedit foto, membuatnya harus banyak
belajar tentang software yang satu itu.
“gue kebagain novel ya” ucap Chris meninggalkan Julia.
“oke, nanti kalau udah dapet yang gue cari. Gue nyusul”sahut Julia.
Julia memilih-milih buku yang bertumpuk dirak dihadapannya. Dilihatnya
satu persatu, meski dia tidak mengerti sedikit pun tentang software
yang akan dipelajarinya. Tetapi ia mencoba mencari buku yang sesuai.
Buku berjudul “cara mudah mengedit foto dengan Photoshop” itu menarik
perhatiannya, kemudia langsung ia ambil. Ada juga beberapa buku lainnya
yang sejenis dan menarik minatnya. Julia mengabil sebanyak mungkin
hingga pencarian ia rasa sudah cukup.
Gubrak !!!
Tiba-tiba Julia menabrak sesuatu dihadapannya ketika baru saja beberapa
jengkal melangkah. Karena tidak bisa mengimbangi dirinya Julia
terjatuh. Belum sempat menyetuh lantai, ada sepasang tangan yang
tiba-tiba menangkap tubuhnya. Julia menoleh kearah pemilik tangan kekar
itu. Ia terkaget, dilihatnya sosok cowok tampan dengan alis mata tebal
dan hidung yang mancung. Sedetik kemudian Julia terdiam, terpana melihat
pria dihadapannya. Bahkan Julia sudah tidak peduli dengan buku-bukunya
yang terjatuh berserakan. “sumpah, cowok dihadapan gue ini ganteng
banget !”gumam Julia dalam hatinya.
“mmm.. sorry”ucap cowok itu menatap wajah Julia.
Julia terdiam. Ia mematung kagum.
“hey, kau tidak apa-apa ?”tanya cowok itu.
Julia tersadar, kemudian ia mencoba berdiri dalam posisi yang
benar“tidak, tapi sepertinya highheels gue patah” sahut Julia. Ia baru
menyadari sepatu highheels sepuluh centinya patah
“Ya
Tuhan, bagaimana ini ?”cowok itu mulai panik. “sebentar, gue cari sandal
untuk lo. Daripada lo harus jalan pincang dengan sepatu tinggi
sebelah”.
Cowok itupun pergi hingga beberapa menit
kemudian kembali dengan membawa sepasang sandal jepit. “kau bisa pakai
ini untuk sementara” ucap cowok itu memberikan sepasang sandal jepit
kepada Julia.
“thank you” balas Julia menerima kemudian memakainya.
“oh iya, bagaimana gue harus ganti highheels lo ?”kata pria itu masih saja merasa tidak enak hati.
“sudah, lo nggak perlu ganti highheels gue. tenang aja !” balas Juliana
ringan. Menurutnya highheels seharga lima ratus ribu itu memang pantas
dibuang ke tong sampah.
“sorry, gue harus pergi. Sekali lagi gue minta maaf !”
“oke no problem. Thanks buat sandal jepitnya”kata Julia.
“oke..”balas cowok itu beranjak meninggalkan Julia.
Belum sempat Julia menanya nama cowok tampan itu. Ia sudah melangkah
menjauh. Julia hanya terdiam, memandangi punggung pria yang mulai hilang
dari kejauhan.
Sementara Chris baru saja datang
dengan beberapa buku novel digengaman tangannya. “udah selesai jul nyari
buku komputernya ?”Tanya Chris menghampiri Julia.
“udah nih, langsung kekasir deh..”sahut Julia.
“loh sejak kapan lo pake sandal jepit jul ?”tanya Chris bingung melihat
Julia tiba-tiba mengganti highheelsnya dengan sandal jepit.
“lo nggak liat nih highheels gue patah”jawab Julia sembari menunjukan sepatu Highheelsnya yang patah.
“waduh, sepatu mahal ternyata bisa patah juga ya”
“udah nggak usah banyak cingcong. Ini sepatu gue, masalah buat loh” sembur Julia.
Chris tertawa mendengarnya. “yaudah sih, loh nya itu nggak usah pake kuah kali” ledek Chris.
Juliana memasang muka cemberut sambil menjinjing sepatu highheelsnya.
Kemudian mereka menuju kasir untuk membayar buku yang sudah dipilih.
---
“kenapa lo jul, kayaknya seneng banget ?”Tanya Chris dalam mobil saat
perjalanan pulang. Chris merasa ada yang aneh dengan sahabatnya yang
mulai senyam-senyum sendiri.
“mau tau aja lo”jawab Julia.
Julia belum bisa bercerita tentang kejadian yang baru saja dialaminya.
Kejadian saat ia tertabrak cowok ganteng yang buat dia cengo.
“Chris. lo sadar nggak kita udah temenan lama banget” kata Julia mulai membuka topik perbincangan.
“iya gue juga ngerasa gitu. Dari semenjak lo pacaran sama Rian, Deny,
Gian, Mifta, sampe sekarang lo udah Jomblo lagi” sahut Chris.
“soalnya lo satu-satunya temen cowok yang gue punya. Lo itu paling asik
buat gue ajak jalan, asyik buat gue ajak ngobrol sampe paling asik buat
gue ajak curhat. So, gue harap lo nggak pernah bosen temenan sama gue
chris” jelas Julia panjang lebar.
“tenang ajah Jul.
biarpun lo tuh ngeselin kaya nenek lampir, tapi gue seneng kok punya
temen kaya lo. Selama lo nggak ngelakui hal gila yang bikin gue malu
seumur hidup. Gue tetap bakalan jadi temen lo. Tenang aja !”ujar Chris.
“thanks ya Chris udah mau jadi sahabat baik gue !”
“tunggu, lo ngomong gini ada apa nih . nggak biasanya ?”tanya Chris bingung.
“nggak, gue cuma pengen tahu aja. Sebenarnya lo bosen nggak sih temenan sama gue”
“iya nggak lah nenek lampir”balas Chris mantap.
Julia menggas lebih cepat mobilnya. Ia harap perjalanan persahabatannya
dengan Chris masih akan berjalan dengan mulus seperti mobil yang
berjalan mulus melewati jalan Jakarta. Semoga saja.
---
Julia membaringkan tubuhnya dikasur, menatap langit-langit kamarnya.
Seketika pikirannya terarah pada seorang cowok yang tertabrak dengannya
siang tadi. Cowok yang berhasil membuatnya terpukau itu kini
bermain-main dalam benak Julia. Ia sungguh sempurna. Meski tidak
setampan Robert pattinson ia sudah masuk dalam kriterianya selama ini.
“ah, sepertianya baru saja gue jatuh cinta” desah Julia mengembang
senyum.
Esoknya Juliana kembali menyambangi Toko buku,
ada beberapa buku yang harus ia beli lagi. Ketika baru saja ia turun
dari mobil Honda Jazz merahnya, tiap-tiba ia melihat cowok yang
menabraknya kemarin, sepertinya ia baru saja keluar dari toko buku
hendak menghampiri mobilnya. Tidak ingin membuat kesempatan Julia
menghampiri cowok itu.
”hey..”sapa Julia mendekat cowok itu. Ia baru saja hendak memasukan ujung kunci ke lubang kunci mobilnya.
Cowok itu mengerutkan kening, mengingat sosok gadis dihadapanya ini.
“sandal jepit” sahut Julia memberi isyarat.
Cowok itu tertawa. Ia baru ingat kalau gadis dihadapannya adalah gadis
yang pernah ia tabrak hingga sepatu highheelsnya patah.
“hey, senang bisa bertemu lagi”kata cowok itu ramah.
“perkenalkan gue Julia” kata Julia memperkenalkan diri seraya mengulurkan tangan.
“gue Kevin.”jawab Kevin meraih tangan Julia. Menjabatnya sebagai tanda perkenalan.
“ada waktu untuk mengobrol. Gue mau traktir lo sebagai tanda terimakasih atas sandal jepit itu”ajak Julia.
“oke, kebetulan gue nggak punya acara”balas Kevin setuju.
Mereka duduk disebuah café coffe disebrang jalan tepat didepan toko
buku itu. Julia memesan ice cappuccino kesukaanya. Sementara Kevin
memesan hot Chocolate.
“gue nggak nyangka bisa ketemu lo lagi disini” kata Julia membuka obrolan.
“iya, gue rasa emang kita udah ditakdirkan kenal”jawab Kevin setelah menyeruput cokelat hangatnya.
“lo sering ke toko buku ?” tanya Julia.
“sebenernya nggak terlalu sering. Paling kalau gue butuh tambahan buku
referensi buat tugas kuliah gue aja”Jawab Kevin. “lo sendiri, sepertinya
sering ke toko buku ?”
“sebernya nggak sih, cuma
akhir-akhir ini gue lagi seneng belajar Photoshop. Jadi gue ketoko buku
buat cari bahan pembelajaran”jawab Julia. “lo anak kuliahan ?”
“iya, gue mahasiswa Fakultas Ekonomi UNJ”jawabnya.
“oh, sepertinya gue harus panggil kakak Kevin”
“terserah mau panggil apa aja”balas Kevin. “lo sekolah di SMA mana ?”
“loh, kok kak Kevin tahu kalo gue masih SMA ?”
“kemarin bukannya lo ke toko buku pakai baju sekolah. lo lupa ?”
“oh iya ka” Julia menepuk jidatnya. “gue sekolah di SMA Al-Izhar”
Akhirnya perbincangan mereka berakhir dengan saling bertukar nomer ponsel.
“lain kali kita bisa bertemu lagi kan ?”tanya Julia ketika Kevin bangun dari duduknya dan baru saja hendak pergi.
“tentu.”balas Kevin seraya mengembang senyum.
Julia merasa senang hari ini ia begitu beruntung bertemu dengan
pangeran sandal jepitnya. Sepertinya Kevin benar-benar membuat dirinya
luluh lantah diterjang gelombang asmara. Terjebak dalam hal bernama
cinta. Julia tak bisa memungkiri, hatinya sudah jatuh pada pria bernama
Kevin itu.
---
Sebulan telah berlalu, semenejak
pertemuan saat itu sampai hari ini tidak ada apapun dipikiran Julia
selain sosok Kevin. Belakangan ini Julia semakin sering uring-uringan
dikamarnya. Kevin sudah benar-benar membuat hatinya lumpuh.
Julia benar-benar sudah berada ditaduk kelemahannya. Seolah jatuh
hatinya kepada Kevin merengguk setengah kehidupannya. Perasaan yang
telah lama ia rasakan itu, kini memuncak dan memaksa untuk diungkapkan.
Malam
ini ketika baru saja Kevin menutup laptopnya, tiba-tiba ponselnya
bordering. Terlihat nama Julia tercetak dilayar memangilnya. Tidak ingin
membuat Julia menunggu lama, dengan cepat Kevin menekan tombol hijau
ponselnya untuk menerima panggilan masuk itu.
“hay kak, apa kabar lo ?”suara Julia menyergah Kevin cepat.
“gue baik, kenapa jul ?”
“gue mau ketemu sama lo kak, punya waktu nggak ?”
“oke, kapan ?”
“sekarang, gue tunggu di café coffe biasa. Gimana ?”
“oke”
Julia menatap wajah Kevin yang berada dihadapannya. Wajah tampan Kevin
itu meneduhkan hatinya. Sementara Kevin hanya terdiam, seolah masuk
dalam perangkap hipnotis Julia. Suasana mulai menghening, ketegangan
timbul dari wajah Julia seketika. Sorot matanya tidak bisa membohongi
hatinya yang sedang tergulai lemah oleh cowok dihadapannya.
Bibir Julia menjadi keluh. Ditariknya nafas dalam-dalam kemudian
dihelanya perlahan. Julia menatap mata Kevin, ia coba curahkan segala
perasaannya. Julia terus melawan sepercik keraguan yang mulai
merasukinya, ia harus kuat atau ia akan terkulai lemah selamanya.
“Kevin..”kata Julia menyebut nama cowok itu dengan perlahan. “gue suka
sama lo” lanjutnya lagi mantap. ucapan itu begitu saja keluar dari
mulutnya. Sekejap kemudian Julia mulai gusar.
Kevin terkaget, mulutnya ternga-nga mendengar ucapan Julia itu. “maksudnya Julia ?”
“gue suka sama lo ka. Gue pengen lo jadi pacar gue” ucap Julia dengan yakinnya.
Sejenak hening. Sampai Kevin mulai angkat bicara.
“tapi Julia, gue udah punya pacar”
Julia tersentak. Perkataan Kevin tiba-tiba membuatnya malu. “mampus
gue”geram Julia dalam hatinya. Sekejap kemudian hatinya mulai teriris
sakit. Matanya mulai memerah, sampai akhirnya butiran air mata jatuh
membasahi pipinya. Julia bangun dari duduknya kemudian pergi tanpa
permisi, ia tidak ingin Kevin melihatnya menangis. Ia tahu ini semua
bukan salah Kevin, melainkan salah dirinya sendiri.
Sementara Kevin mencoba mencegah kepergian Julia. Berapa kali Kevin
mencoba memanggilnya, tetapi Julia sama sekali tidak bergeming. Bahkan
ia tidak sedikitpun menoleh.
“Julia…”panggil Kevin mengejar langkah Julia.
Lagi-lagi tanpa ada sahutan. Julia masih terus saja berlari menjauh.
“Julia, maafin gue”teriak Kevin. Entah kata apa yang harus diucapnya,
yang penting Julia bisa menghentikan langkahnya. Namun sayangnya, kata
apapun yang terucap tetap tidak bisa menghentikan langkah Julia. Hingga
Julia menghilang semakin jauh.
Julia menggas cepat
mobilnya, perasaanya sudah bercampur aduk. Rasanya ia butuh seseorang
untuk mendengar keluhan hatinya itu. Tiba-tiba saja ia teringat Chris,
sahabat yang bisa diajaknya berbagi. Julia memutar kemudinya, rumah
Chris menjadi tujuannya kini.
Sesampainya dirumah
Chris, segera ia menekan tombol bel rumah Chris. Semoga Chris tidak
kaget melihat dirinya yang mengujunginya tanpa memberi kabar terlebih
dahulu. Tak lama Tubuh Chris muncul dari balik pagar rumahnya. Seketika
itupun Julia segera memeluknya erat seraya menangis dalam dekapan
pundaknya.
“lo kenapa Julia ?”tanya Chris terkaget.
Julia hanya terdiam tanpa menghiraukan pertanyaan itu.
Chris mengusap punggung Julia perlahan, mencoba memberikan ketenangan padanya.
“aku memang tidak bisa mendapatkan apa yang aku inginkan, tetapi aku
sudah mendapat apa yang aku butuhkan. Dan yang kubutuhkan itu adalah
engkau Chris” Lirih Julia.
Chris terseyum, dia merasa menjadi orang paling beruntung.
Sandal itu kini menjadi kenangan yang tidak bisa terlupakan Julia.
Baginya mencari pasangan memang seperti sandal jepit. Selain mencari
yang kita suka, kita juga harus mencari yang pas dan nyaman.
***