Ayana Azalia (Part.1)

    “Saya terima nikah dan kawinnya Ayyana Azalia bin Khairul Iman dengan mas kawin seperangkat alat shalat dibayar tunai” ucap Ikhwan dengan lantangnya.
                “syah,..”seru semua saksi serentak.
                Sementara Ayyana hanya terdiam, tidak ada sedikitpun sebuah kebahagiaan mengalir dari raut wajahnya. Wajahnya terlihat datar , seperti ada sesuatu yang ia coba tutupi. Keputusan untuk menikahi Ikhwan bukan menjadi keputusannya, melainkan paksaan dari  kedua orang tuanya. Ayyana tidak merasa mencintai Ikhwan, namun semua sudah terjadi.  Tentu ini semua Ayyana lakukan demi kebahagian ibundanya, itulah mengapa Ayyana berusaha untuk menerima meski tidak bisa.
---
                Resepsi Pernikahan telah dimulai, gemerlap cahaya lampu menyorot terang pelaminan, Ikhwan duduk disana menggunakan setelan Jas bewarna Ungu, ditemani  Ayyana yang mengenakai busana pengantin Ungu berselimut kerudung dengan motif bunga berwarna putih yang melingkar. Malam itu Ayyana nampak anggun, bak seorang puteri raja yang cantik, nan shalihah. Senyum terselip dari balik bibir ayyana, meski senyum itu nampak terpaksa.
                Tamu undangan menyalami kedua pengantin itu, memberikan ridho dan selamat.
---
                Ayyana duduk didepan cermin meja rias. Tissu menghapus lembut sisa rias yang menempel diwajah lelahnya, sementara Ikhwan baru saja memasuki kamar. Perlahan langkah kakinya menghampiri Ayyana. Kemudian duduk diranjang menghadap kearahnya.
                “aku tahu apa yang kamu rasakan ayyana”ucap Ikhwan.
                Ayyana hanya terdiam seperti tidak menhiraukan perkataan itu.
                “kamu tidak mungkin akan pernah mencintaiku bukan ?”tanya Ikhwan.
                “jika, mas tahu akan hal itu seharusnya mas tidak meminangku”balas Ayyana dengan sedikit menahan isak. Air matanya mulai mengaliri pipinya.
                Ikhwan menarik nafas dalam. Pekataan ayyana membuat hatinya bergetir.
                “aku mencintaimu Ayyana..”bisik lembut Ikhwan ditelinga Ayyana.
                Ayyana menatap mata Ikhwan dalam-dalam. Melihat betapa kesungguhan hati Ikhwan mencintainya. namun tidak sebaliknya dengan perasaan Ayyana, ia bingung dengan apa yang harus ia lakukan. Kenyataan ini membuatnya merasa tersiksa.
                Ikhwan memeluk tubuh ayyana erat dari belakang. Mencoba mencurahkan segala rasa cintanya. Ikhwan menatap mata Ayyana, terlihat jelas sebuah keterpaksaan dari sorot mata Ayyana.
                “lakukanlah, apa saja yang ingin kau lakukan padaku”lirih ayyana.
                Ikhwan melepas pelukannya.“aku hanya ingin menyetuhmu dengan cinta, dan kau merelakan segalanya atas cinta, bukan hanya sebuah keterpaksaan”.
                “bukankah kau suamiku, dan kau berhak melakukan apapun pada istrimu ini”
                “aku bukan lelaki serigala, yang hanya menggunakan nafsu tanpa perasaan. Aku mencintaimu, tapi aku tidak bisa memaksa kamu mencintaiku. Aku tidak bisa memungkiri pemaksaan orang tuamu atas ini. Bisa saja aku melakukan apapun yang kuinginkan, tanpa harus peduli kau mencintaiku atau tidak. Karena diriku syah suamimu. Tapi aku tidak akan pernah berani menyakiti hati dan perasaanmu”jelas Ikhwan.
                Ayyana hanya terdiam, mencoba untuk menyerap tiap kata yang terucap Ikhwan. Ayyana mengerti akan semua itu, namun ia bingung apa yang harus ia lakukan.
                “sudahlah, kau istrihat istriku, nampak kau begitu lelah”
                Ayyana hanya tersenyum seraya membaringkan tubuhnya dikasur. Sementara Ikhwan mencoba untuk tetap tenang menghadapi semua ini.
---
                Sebulan telah berlalu semenjak pernikahanku dengan Ikhwan. Selama itu juga Ikhwan tidak pernah sesekali menyetuhku, bahkan untuk bersalaman saja sepertinya ia enggan menyetuh tanganku. Padahalnya nyatanya aku muhrim baginya. Entah apa yang ada pada pikiran Ikhwan, mungkin ia mengerti aku sungguh tidak mencintainya.
                “maafkan aku mas Ikhwan,. Entah apa yang ada di pikiranku sekarang.”bisikku dalam hati.
---

                Menikahi seseorang tanpa cinta, membuatku murka. Sering aku melakukah hal-hal yang membuat Ikhwan marah padaku. Karena aku ingin sekali mengakhiri semua ini, aku tidak bisa memaksa perasaanku. Bahkan meski Ikhwan adalah suamiku namun ia bagai orang lain. Ingin aku memintanya untuk menceraikanku, tapi bukankah itu akan menyakiti hati ibundaku. Melakukan hal yang paling dibenci Allah. Ketulusan Ikhwan mencintaiku, membuat apapun yang aku lakukan padanya selalu saja ia hadapi dengan tulus dan sabar.
                “jangan melakukan hal seperti itu, bukankah itu tidak baik untuk seorang wanita shalihah sepertimu”ucap Ikhwan memberiku masukan.
                “ini sengaja aku lakukan untukmu, agar kau menggugat cerai diriku”ucap ayanna. Namun berat untuk mengatakannya, sehingga itu hanya terungkap dalam hatinya.

                Ingin sekali aku mengucap itu, namun berat rasanya mengucapkan pada sosok Ikhwan yang tidak pernah membuatku kecewa sedikitpun. Akhirnya semuanya hanya aku lakukan dengan cara memberi isyarat agar ia bisa mengucapkan dan melakukan hal yang aku inginkan.
                “apa yang sebenarnya kamu inginkan ayyana”Ucap Ikhwan dengan tenangnya.
                “mungkin mas mengerti”
                “iya, aku tahu kamu sudah tidak kuat lagi dengan pernikahan kita. Apa aku harus menggugatmu cerai. Tapi aku tidak punya alasan untuk melakukan hal yang dilarang Allah itu”
                “entahlah, aku hanya ingin kamu mengerti mas. Aku bukan orang yang tepat untuk orang baik seperti dirimu. Apakah engkau tidak lelah mencintaiku, orang yang sama sekali tidak bisa mencintaimu”
                “aku akan tetap mencintaimu ayyana, bagaimanapun keadaanya.”
                “meski aku tidak sama sekali mencintaimu mas”.
                “maaf kalo itu menyiksamu Ayyana. Baiklah, beri aku waktu untuk mencari sesuatu hal kuat untuk bisa menggugat ceraimu”
                Ayyana terdiam. airmatanya telah keluar membasahi pipi.
                “maafkan aku mas Ikhwan”lirihku.
---

                Ikhwan menghilang, ia pergi menyendiri untuk mencari cara agar bisa mencerai istrinya. hatinya bingung dan bimbang. Mungkin memang ia harus menelan keputusan pahit ini. Cerai memang bukan jalan terbaik. Namun ia harus melalakukannya, demi sosok yang ia cintai. Inilah mungkin jalan yang harus ia ambil.
                Sementara ayyana mulai merasa gundah gulana. ia mencoba mencari jawaban atas semua yang sedang terjadi. Ia menghampiri Anit, sahabat baiknya untuk meminta pendapat.
                “anit menurutmu bagaimana dengan pernikahan yang tidak dilandasi dengan cinta”tanya Ayyana dengan tenangnya.
                Anit mengkerutkan keningnya. “bukankah harusnya pernikahan itu dilandasi dengan cinta, dan keduanya saling mencintai”
                “iyah, tapi aku tidak mencintai suamiku sendiri”
                “mengapa kau tidak mencintai suamimu sendiri ay”
                “iyah, ini semata-mata karena perjodohan saja”
                “memang sulit rasanya jika kita menikah dengan orang yang tidak kita cintai. Namun alangkah baiknya jika kamu mensyukuri segalanya ay. Mungkin ialah jodoh yang Tuhan berikan untukmu. Jangan sampai kamu melakukah hal yang paling dibenci Allah ay, bercerai dengan suamimu. Mungkin kamu tidak pernah setuju dengan keputusan orang tuamu. Tapi dari balik itu, orang tuamu menyayangimu, sehingga ia merasa Ayyana. Gadis shalihnya harus mendapatkan sosok yang baik pula. Kamu harus bisa mengikhlaskan semua itu ay. Dan aku rasa pilihan orang tua tidak akan pernah salah, meski kamu tidak menyetujuinya”
                “kamu benar nit. Tapi entahlah , aku merasa memang belum ikhlas dengan semuanya”
                “ikhlaskanlah ay, semua sudah takdir Ilahi. Mungkin kamu merasa ia bukan sosok yang tepat untukmu. Lalu bagaimanakah sosok yang kamu rasa tepat untukmu, bukankah kita tidak pernah tahu. Sebaik-baiknya apapun adalah yang sekarang kita terima dan punya ay”
                Ayyana terdiam. kali ini ia mulai mengerti.
                Mungkin memang Ikhwan adalah sosok yang Allah berikan untukku. Harusnya aku menerima itu dengan senang hati. Selama inipun ikhwan tidak pernah sesekali mengecawakanku. Yang ada ia selalu membuat aku merasa nyaman berada dengannya. aku harus bisa mengikhlaskan semuanya. Dan mencoba mencintainya. aku sudah syah menjadi istrinya, begitu juga Ikhwan telah syah menjadi suamiku. Sudah skak mat, tidak bisa kemana-mana. Seharusnya yang aku lakukan kini melandasi semua itu untuk beribadah. Dan bukankah pernikahan adalah bagian dari Ibadah.
                “landaskan semua ini karena kecintaanmu kepada Allah dan Rasulnya ay”bisik anit.
                “makasih nit. Aku sekarang mengerti. Mungkin selama ini aku hanya memikirkan egoku”
                “iyah, perasaan memang sulit dipungkiri. Namun terimalah ia sebagai jalanmu menuju surga ay, Allah sudah baik memberikamu sosok Ikhwan yang baik dan mencintaimu apa adanya. ”
                “iyah, makasih atas pencerahanmu nit. Aku akan lebih mensyukuri semuanya”
                “sudahlah, ay”

---
                Malam sunyi hadir menyelimuti. Ikhwan menghampiri ayyana, kini ia sudah menemukan cara untuk bisa mencerai istrinya itu.
                “aku sudah menemukan cara untuk menceraimu ayyana. Aku melakukan semua ini karena kecintaanku terhadapmu”ucap Ikhwan haru.
                Ayyana memeluk tubuh Ikhwan dengan eratnya. Harum wangi suaminya itu memberi ketenangan pada dirinya.
                “kenapa kau mau meceraiku mas ?”tanya Ayyana.
                “bukankah itu keinginanmu..”
                “aku sudah mengikhlaskan semuanya mas. Aku akan menerimamu, aku akan mencintaimu seperti dirimu mencintaiku. Aku tidak akan melakukan atau meminta hal bodoh itu lagi. Sekarang kita jalin rumah tangga kita dengan baik”jelas Ayyana melepas peluknya.
                Ikhwan terkejut. Mungkin ia bingung dengan semua yang dikatkan istrinya itu.
                “apa benar yang kau katakan ini Ayyana ?”
                “iya, dengan kesungguhan hati mas”
                Ikhwan terseyum puas. Bahagia mendengar semuanya.
                “sekarang aku akan menerima apapun perlakuanmu dengan cinta dan melayanimu dengan cinta. Karena aku yakin kamu tidak akan pernah menyakitiku”
                “makasih Ayyana, aku janji tidak akan menyakitimu. Bolehkah aku memelukmu lagi ?”
                “kenapa tidak, bukankan kau suamiku. Dari ujung rambut sampai ujung kakiku kini menjadi milikmu mas”ucap Ayyana manja.
                Ikhwan tersenyum . kemudian melayangkan ciuman cintanya di kening Ayyana.

                                                                       ***
 
Copyright 2014 Kiki Ramadhan